Jepang
merupakan salah satu negara yang terlibat dalam perang dunia. Gambar di
atas merupakan serangan kamikaze yang dilakukan oleh Jepang dengan cara
menabrakkan pesawat ke kapal Amerika. Tahukah kamu negara mana saja
yang terlibat perang dunia II? Pernahkah kamu menonton film yang
berjudul ”Hiroshima”? Dalam film tersebut menceritakan tentang pemakaian
senjata penghancur massal pertama kali di dunia. Sebuah bom nuklir yang
dijatuhkan Amerika Serikat terhadap kota Hiroshima, Jepang pada tanggal
6 Agustus 1945. Akibat dari ledakan bom tersebut seluruh bangunan di
Hiroshima luluh lantak rata dengan tanah, manusia terbakar menjadi
karbon, dan yang tersisa hidup mengawali penderitaan baru. Peristiwa
tersebut merupakan bagian dari Perang Dunia II. Jepang dengan
mengandalkan pasukan berani matinya dan Amerika yakin dengan senjata bom
nuklirnya akan mengalami kemenangan. Dengan ambisi militernya yang luar
biasa dalam Perang Dunia II, Jepang dapat merebut daerah-daerah di Asia
Tenggara termasuk di Indonesia. Bagaimanakah kronologi Perang Duni II
(termasuk penduduk Jepang) serta pengaruhnya terhadap keadaan sosial,
ekonomi, dan politik di Indonesia akan dibahas dalam bab ini. Hal ini
penting sekali kita ketahui agar dapat memberi gambaran kepada kita atas
penderitaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Dengan
demikian seharusnya kita akan menghargai jasa-jasa para pejuang dalam
merebut kemerdekaan.
A Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
Keadaan
politik internasional menjelang Perang Dunia II menyerupai keadaan
tahun 1900-1914 sebelum Perang Dunia I. Ada yang menyatakan bahwa Perang
Dunia II merupakan lanjutan Perang Dunia I. Perang Dunia I merupakan
balas dendam Perancis terhadap Jerman karena dipermalukan dalam
kekalahannya ketika kalah perang tahun 1870-1871. Selain itu dalam
masalah industri, Jerman juga bersaing dengan Inggris. Dengan
persaingan-persaingan itu maka terbentuklah persekutuan militer
(aliansi). Ada dua persekutuan, yakni Triple Alliantie yang kemudian
dikenal dengan “Blok Sentral” yang terdiri atas Jerman, Austria dan
Italia. Sedangkan Triple Entente yang kemudian disebut “Blok Sekutu”
yang terdiri atas Perancis, Inggris, Rusia dan lain-lain. Pada tanggal 1
Agustus 1914 Jerman mengumumkan perang kepada Rusia dan disusul
Perancis mengumumkan perang kepada Jerman tanggal 3 Agustus 1914.
Kemudian tanggal 4 Agustus Inggris mengumumkan perang kepada Jerman.
Selanjutnya berkecamuklah perang yang hampir melibatkan seluruh dunia
dikenal dengan Perang Dunia I. Perang ini berakhir dengan kekalahan
Jerman yang menyerah pada tanggal 11 November 1918. Sebagai pihak yang
kalah, Jerman harus membayar ganti rugi kepada Sekutu dengan dikuatkan
dalam Perjanjian Versailles pada tahun 1919. Kekalahan Jerman dengan
telak ini memberi kesempatan kepada Adolf Hitler membangkitkan bangsanya
untuk melakukan balas dendam kepada Perancis. Adolf Hitler
mengembangkan fasisme dan kemudian memulai Perang Dunia II dengan
menyerbu Polandia pada tanggal di kota Danzig pada tanggal 1 September
1939. Peristiwa itulah yang menjadi sebab langsung terjadinya Perang
Dunia II.
1. Sebab-Sebab Umum Terjadinya Perang Dunia II
Penyebab umum terjadinya Perang Dunia II sebagai berikut :
a. Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian dunia.
LBB
bukan lagi alat untuk mencapai tujuan, tetapi menjadi alat politik
negaranegara besar untuk mencari keuntungan. LBB tidak dapat berbuat
apa-apa ketika negara-negara besar berbuat semaunya, misalnya pada tahun
1935 Italia melakukan serangan terhadap Ethiopia.
b. Negara - negara maju saling berlomba memperkuat militer dan persenjataannya.
Dengan
kegagalan LBB tersebut, dunia Barat terutama Jerman dan Italia
mencurigai komunisme Rusia, tetapi kemudian Rusia mencurigai fasisme
Italia dan nasional-sosialis Jerman. Oleh karena saling mencurigai
akhirnya negara-negara tersebut memperkuat militer dan pesenjataannya.
c. Adanya politik aliansi (mencari kawan persekutuan).
Kekhawatiran akan adanya perang besar, maka negara-negara mencari kawan dan muncullah dua blok besar yakni:
1. Blok Fasis terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang
2. Blok Sekutu terdiri atas:
a) Blok demokrasi yaitu Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda.
b) Blok komunis yaitu Rusia,Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Rumania, dan Cekoslovakia.
d. Adanya pertentangan-pertentangan akibat ekspansi.
Jerman
mengumumkan “Lebensraum”nya (Jerman Raya) yang meliputi Eropa Tengah dan
Italia menginginkan Italia Irredenta (Italia Raya) yang meliputi
seluruh laut Tengah dan Abbesinea, serta Jepang mengumumkan Kemakmuran
Bersama di Asia Timur Raya. Ini berarti merupakan tantangan terhadap
imperialisme Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.
e. Adanya pertentangan faham demokrasi, fasisme dan komunisme.
f.
Adanya politik balas dendam (“Revanche Idea”) Jerman terhadap Perancis,
karena Jerman merasa dihina dengan Perjanjian Versailles.
2. Sebab Khusus Terjadinya Perang Dunia II
Di Eropa, sebab khusus terjadinya Perang Dunia II adalah serbuan
Jerman ke Kota Danzig, Polandia pada tanggal 1 September 1939. Polandia
merupakan negara di bawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa. Hitler menuntut
Danzig karena penduduknya adalah bangsa Jerman, tetapi Polandia menolak
tuntutan itu. Pada tanggal 3 September 1939 negara-negara pendukung LBB
terutama Inggris dan Perancis mengumumkan perang kepada Jerman,
kemudian diikuti sekutu-sekutunya. Perang Dunia di Pasifik disebabkan
oleh serbuan Jepang terhadap Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika di
Pearl Harbour, Hawai (7 Desember 1941).
B Pihak-Pihak yang Berperang dalam Perang Dunia II
Jalannya Perang Dunia II terbagi dalam tiga medan yaitu medan Eropa,
medan Afrika Utara, dan medan Asia pasifik. Adapun pihak-pihak yang
berperang di beberapa medan peperangan dalam Perang Dunia II sebagai
berikut.
1. Medan Eropa
Pada tanggal 1 September 1939 Jerman menyerang Polandia. Inggris dan
Perancis mengumumkan perang kepada Jerman. Inilah sebagai awal
meletusnya Perang Dunia II. Pada tanggal 9 April 1940 Jerman melakukan
serangan ke utara yakni ke Denmark dan Norwergia. Kedua negara ini dapat
diduduki Jerman. Pada bulan Mei 1940 Belanda dapat diduduki Jerman
sehingga Ratu Wilhelmina mengungsi ke Inggris. Pada tanggal 10 Juni 1940
Italia mengumumkan perang kepada Perancis dan Inggris, dilanjutkan
menyerbu Perancis. Pada bulan Juni 1940 pasukan Jerman bergerak menuju
Perancis dan dapat mendudukinya. Tentara Perancis di bawah pimpinan
Charles de Gaulle mengungsi ke Inggris. Kekuatan dua negara fasis Jerman
dan Italia semakin mantap. Angkatan Udara Jerman menyerbu Inggris
tetapi usahanya gagal kemudian beralih dengan pengeboman-pengeboman dan
serangan laut ke arah Angkatan Laut Inggris. Pada tanggal 27 September
1940 Jerman, Italia, dan Jepang bersatu dalam Perjanjian Tiga Negara.
Pada tanggal 22 Juni 1941 dengan bantuan Finlandia dan Rumania, Jerman
menyerbu Rusia. Padahal selama 18 bulan sebelumnya Hitler telah
mengadakan perjanjian dengan Uni Soviet tidak akan saling menyerang.
Bagaimana menurut pendapat anda tentang tindakan Hitler ini?
2. Medan Afrika
Tentara Jerman menyerbu Balkan sampai di Kreta. Rumania dan Bulgaria
memihak kepada Jerman. Inggris dapat memukul mundur tentara Italia di
Afrika Utara. Serangan Sekutu terhadap Blok Sentral pada tanggal 23
Oktober 1942 di Afrika Utara dipusatkan di El Alamien, Mesir. Tentara
Jerman di bawah Jenderal Erwin Rommel menyerbu Afrika dan menghantam
Inggris sampai di muka Alexandria. Serangan Jerman ke Afrika Utara dapat
ditahan oleh Inggris di bawah pimpinan Montgomery dan Amerika Serikat
di bawah Eisenhower pada tanggal 12 November 1942. Datangnya bantuan
pasukan Amerika Serikat membuat pertahanan Jerman semakin rapuh. Sejak
19 November 1942 Jerman kalah melawan Rusia dalam pertempuran di
Stalingrad. Kemudian Rusia menyerbu Polandia dan Balkan. Rumania dan
Bulgaria menyerah. Hongaria juga menyerah pada tanggal 13 Februari 1945.
Tentara Rusia di bawah Zhukov berhasil menyerbu Berlin. Berlin diduduki
Sekutu dari segala arah. Pertempuran hebat terjadi di dalam kota
Berlin, dan Berlin dapat direbut oleh Sekutu. Pada tanggal 30 April 1945
Hitler bunuh diri. Pada tanggal 7 Mei 1945 Jerman menyerah kepada
Sekutu tanpa syarat di Reims, Perancis.
3. Medan Asia Pasifik
Perang di medan Asia Pasifik diawali dengan penyerbuan pangkalan
Armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai pada
tanggal 7 Desember 1941 oleh Jepang. Perang Dunia II di medan Asia
Pasifik sering disebut Perang Asia Timur Raya, karena Jepang selalu
mempropagandakan bahwa peperangan yang dilakukan bertujuan mewujudkan
kemakmuran bersama di kawasan Asia Timur Raya.
Dalam serangan Jepang
pada tanggal 7 Desember 1941 menewaskan kurang lebih 2.330 tentara
Amerika Serikat dan 100 orang sipil di samping menghancurkan peralatan
perang Amerika Serikat. Jepang menyatakan perang terhadap Amerika
Serikat dan sekutu-sekutunya. Serbuan Jepang dilanjutkan ke
negara-negara di Asia Tenggara dengan menduduki Muangthai, Birma
(Myanmar), Malaysia, dan Hindia Belanda (nama Indonesia waktu itu).
Untuk
membalas serangan-serangan Jepang, Sekutu menyusun taktik serangan dari
pulau satu ke pulau lain atau sistem katak loncat. Strategi ini
dipimpin oleh Jendral Dauglas Mac Arthur dan Laksamana Chester Nimitz.
Tentara Jepang di Laut Karang dan Midway (7 Mei 1942) dihancurkan oleh
Sekutu. Inilah titik balik pertama.
Dalam
pertempuran-pertempuran berikutnya Amerika Serikat dapat merebut
Filipina (22 Oktober1944), Iwo Jima (17 Maret 1945), Okinawa (21 Juni
1945). Kemudian Inggris di bawah Lord Louis Mauntbatten menyerbu Birma
(Myanmar) dan menghancurkan tentara Jepang (30 April 1945). Dari Saipan
dan Okinawa Angkatan Udara Amerika Serikat menyerang kota-kota Jepang,
tetapi Jepang belum menyerah. Akhirnya pada tanggal 6 Agustus 1945
Hiroshima dijatuhi bom atom dilanjutkan tanggal 9 Agustus 1945 di
Nagasaki. Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 14 Agustus
1945 (secara resmi 2 September 1945 di atas kapal “Missouri” di Teluk
Tokio). Dengan demikian berakhirlah Perang Dunia II karena Jepang
beserta negara-negara pendukungnya menyerah. Setelah Perang Dunia II
berakhir maka diadakanlah perjanjian-perjanjian perdamaian antara pihak
pemenang dan yang kalah. Perjanjian–perjanjian itu antara lain
Konferensi Postdam (2 Agustus 1945) dan Perjanjian San Fransisco (8
September1951).
a. Konferensi Postdam (2 Agustus 1945)
Konferensi ini
diadakan antara Sekutu dengan Jerman yang dihadiri oleh Thruman, Stalin,
dan Attlee. Konferensi ini menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1. Jerman dibagi dalam 4 daerah pendudukan yakni bagian timur
oleh Rusia, bagian barat oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
Kota Berlin yang terletak di tengah-tengah daerah pendudukan Rusia,
dibagi 4 bagian yakni Berlin Barat (Amerika Serikat, Inggris, Perancis)
Berlin Timur (Rusia).
2. Danzig dan daerah Jerman sebelah timur Sungai Oder dan Neisse diberikan kepada Polandia.
3. Angkatan Perang Jerman harus dikurangi jumlah tentara dan peralatan militernya (demiliterisasi).
4. Penjahat perang, yakni tokoh-tokoh NAZI harus dihukum di bawah pengawasan internasional.
5. Jerman harus membayar kerugian perang kepada Sekutu.
b. Perjanjian San Fransisco (8 September 1951)
Perjanjian
ini diadakan antara Sekutu dengan Jepang pada tahun 1945 dan dibuat di
Jepang. Pada mulanya perjanjian ini hanya bersifat sementara. Kemudian
Perjanjian San Fransisco disahkan pada tanggal 8 September 1951. Rusia
tidak ikut menandatangani perjanjian ini sehingga tidak mengakuinya.
Perjanjian ini berisi:
1. Kepulauan Jepang di bawah pengawasan Amerika Serikat.
2. Kepulauan Kurile dan Sakhalin Selatan diberikan kepada Rusia. Sedangkan Mantsyuria dan Taiwan diberikan kepada Tiongkok.
3. Tokoh-tokoh fasis diadili sebagai penjahat perang dan harus dihukum di bawah pengawasan internasional.
4. Jepang harus membayar kerugian perang kepada Sekutu.
C Akibat Perang Dunia II
Perang Dunia II yang berlangsung antara tahun 1939 – 1945 menimbulkan
akibat yang besar di bidang politik, ekonomi, sosial, dan kerohanian
bagi negaranegara di dunia.
1. Bidang Politik
Akibat yang muncul di bidang politik setelah Perang Dunia II berakhir sebagai berikut.
a. Amerika Serikat dan Rusia (Uni Soviet) sebagai pemenang dalam Perang Dunia II tumbuh menjadi negara raksasa (adikuasa).
b.
Terjadinya perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
yang menimbulkan Perang Dingin. Jika keduanya berimbang terjadi
keseimbangan kekuatan (Balance of Power Policy), walaupun perdamaian
diliputi ketakutan.
c. Nasionalisme di Asia berkobar dan timbul
negara-negara merdeka seperti Indonesia (17 Agustus 1945),Filipina (4
Juli 1946), India dan Pakistan Dominion (15 Agustus 1947) dan India
merdeka penuh 26 Januari 1950, Birma (4 Januari 1948), dan Ceylon
(dominion 4 Februari 1948).
d. Munculnya politik mencari kawan atau
aliansi yang dibentuk berdasarkan kepentingan keamanan bersama, misalnya
NATO, METO, dan SEATO.
e. Munculnya politik memecah belah negara, misalnya:
1) Jerman dibagi menjadi dua negara, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur.
2) Korea dibagi menjadi dua negara, yaitu Korea Selatan dan Korea Utara.
3) Indo-Cina dibagi menjadi tiga negara, yaitu Laos, Kamboja, dan Indo-Cina.
4) India dibagi menjadi dua negara, yaitu India dan Pakistan.
2. Bidang Ekonomi
Perang Dunia II menghancurkan perekonomian negara-negara di dunia
kecuali Amerika Serikat. Amerika Serikat menjadi pusat kekayaan dan
kreditur dari seluruh dunia. Untuk menanamkan pengaruhnya di
negara-negara Eropa dan yang lain, Amerika Serikat melaksanakan program.
Misalnya Truman Doctrine (1947), Marshall Plan (1947), Point Four
Truman dan Colombo Plan. Program-program ini merupakan usaha untuk
membendung berkembangnya komunisme.
3. Bidang Sosial
Untuk membantu penduduk yang menderita akibat korban Perang Dunia II
PBB membentuk UNRRA (United Nations Relief Rehabilitation
Administration). Tugas UNRRA di antaranya sebagai berikut.
a. Memberi makan kepada orang-orang yang terlantar.
b. Mendirikan rumah sakit.
c. Mengurus pengungsi dan menyatukan dengan keluarganya.
d. Mengerjakan kembali tanah yang rusak.
4. Bidang Kerohanian
Setiap manusia menginginkan perdamaian. Berbagai upaya dilakukan
agar tercipta perdamaian dengan membentuk lembaga perdamaian.
Penderitaan yang ditimbulkan akibat Perang Dunia II menyadarkan manusia
akan akibat buruk perang. Penduduk dunia menyadari perlunya lembaga yang
dapat menjaga perdamaian dunia setelah Liga Bangsa-Bangsa dibubarkan.
Pada tanggal 24 Oktober 1945 didirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
United Nations Organization (UNO). Lembaga ini diharapkan dapat menjaga
perdamaian dunia.
D Perang Dunia II di Asia-Pasifik serta Pendudukan Militer Jepang di Indonesia
Perang
Dunia II di medan Asia-Pasifik diawali oleh Jepang dengan membom secara
tiba-tiba terhadap pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat
Pearl Harbour di Pasifik tanggal 7 Desember 1941. Lima jam setelah
penyerangan itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van Starkenborg
Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang. Jepang dalam waktu
singkat melakukan serbuan ke selatan yakni pada tanggal 8 Desember 1941
menyerbu lapangan terbang Clark Field dan lapangan Iba di Pulau Luzon
Filipina. Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut Jepang
melanjutkan menduduki P. Hainan, Hongkong, dan Bangkok. Hongkong
merupakan pos terdepan bagi Inggris di Asia. Pada tanggal 10 Desember
1941 Jepang menduduki Pulau Luzon dan Bataan di Filipina dengan mendapat
perlawanan sengit dari pasukan Amerika yang dibantu sukarelawan
Filipina. Kemudian pada tanggal 16 Desember 1941 Jepang berhasil
menduduki Birma (Myanmar) dan akhirnya pada tanggal 20 Desember 1991
Jepang menduduki Davao di Filipina. Untuk menghadapi serangan Jepang,
tentara Sekutu membentuk komando ABDACOM (American, British Dutch
Australian Command) yaitu gabungan dari pasukan Amerika, Inggris,
Belanda, dan Australia yang bermarkas di Lembang (dekat Bandung).
Pasukan ini mulai beroperasi tanggal 15 Januari 1942 di bawah panglima
besar Sir Archibald Wavell (Inggris). Di samping itu juga membentuk
Front ABCD (American, British, Cina, Dutch) yaitu gabungan pasukan
Amerika, Inggris, Cina dan Belanda. Adapun serangan-serangan Jepang
semakin gencar dan menguasai beberapa daerah.Perang Dunia II di medan
Asia-Pasifik diawali oleh Jepang dengan membom secara tiba-tiba terhadap
pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour di
Pasifik tanggal 7 Desember 1941. Lima jam setelah penyerangan itu,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van Starkenborg Stachouwer
menyatakan perang terhadap Jepang. Jepang dalam waktu singkat melakukan
serbuan ke selatan yakni pada tanggal 8 Desember 1941 menyerbu lapangan
terbang Clark Field dan lapangan Iba di Pulau Luzon Filipina. Setelah
berhasil menguasai dua tempat tersebut Jepang melanjutkan menduduki P.
Hainan, Hongkong, dan Bangkok. Hongkong merupakan pos terdepan bagi
Inggris di Asia. Pada tanggal 10 Desember 1941 Jepang menduduki Pulau
Luzon dan Bataan di Filipina dengan mendapat perlawanan sengit dari
pasukan Amerika yang dibantu sukarelawan Filipina. Kemudian pada tanggal
16 Desember 1941 Jepang berhasil menduduki Birma (Myanmar) dan akhirnya
pada tanggal 20 Desember 1991 Jepang menduduki Davao di Filipina. Untuk
menghadapi serangan Jepang, tentara Sekutu membentuk komando ABDACOM
(American, British Dutch Australian Command) yaitu gabungan dari pasukan
Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia yang bermarkas di Lembang
(dekat Bandung). Pasukan ini mulai beroperasi tanggal 15 Januari 1942 di
bawah panglima besar Sir Archibald Wavell (Inggris). Di samping itu
juga membentuk Front ABCD (American, British, Cina, Dutch) yaitu
gabungan pasukan Amerika, Inggris, Cina dan Belanda. Adapun
serangan-serangan Jepang semakin gencar dan menguasai beberapa daerah.
Pada
bulan Januari 1942 Jepang menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi. Malaysia pada waktu itu dikuasai Sekutu berhasil direbut
Jepang. Pada tanggal 24 Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan,
Balikpapan, dan Kendari. Balikpapan merupakan sumber-sumber minyak maka
diserang dengan hati-hati agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh
tentara Belanda. Tanggal 3 Februari 1942 Samarinda diduduki pasukan
Jepang. Pada waktu itu Samarinda masih dikuasai tentara Hindia Belanda
(KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh Jepang, maka tanggal 10
Februari 1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada tanggal 4
Februari 1942 Ambon berhasil diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada
tanggal 14 Februari 1942 menguasai Palembang dan sekitarnya. Dengan
jatuhnya Palembang maka dengan mudah Jepang masuk ke Jawa. Dalam
penyerbuan-penyerbuan itu Jepang lebih kuat dibanding Sekutu karena
Jepang memiliki bantuan kekuatan udara taktis. Sedangkan kekuatan udara
Sekutu sudah dihancurkan dalam pertempuran-pertempuran awal di Indonesia
maupun Malaya (Malaysia).
Adapun
serangan-serangan pasukan Jepang di Jawa diawali pada tanggal 1 Maret
1942, Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat) dan di
Kragan (Jawa Tengah). Kemudian tanggal 5 Maret kota Batavia (Jakarta)
jatuh ke tangan tentara Jepang dan dilanjutkan menduduki Buitenzorg
(Bogor). Jepang menyerang di Pulau Jawa karena dipandang sebagai basis
kekuatan politik dan militer Belanda. Oleh karena itu, gerakan pasukan
Jepang baik dari arah barat maupun dari timur ditujukan ke Pulau Jawa.
Serangan-serangan Jepang dalam waktu singkat dapat menjatuhkan
negara-negara imperialis di Cina daratan dan Asia Tenggara termasuk
Belanda di Indonesia. Pasukan Belanda terkepung di Cilacap dan Bandung
kemudian menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang (Jawa
Barat) pada tanggal 8 Maret 1942. Penyerahan ini ditandatangani oleh
Panglima Tentara Hindia Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten dan di pihak
Jepang diwakili Jenderal Hitosyi Imamura.
E. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia
Dengan penandatanganan ini maka Perang Dunia II membawa akibat bagi bangsa Indonesia yaitu:
1. Akibat positif, yaitu imperialisme Belanda di Indonesia berakhir,
2. Akibat negatif, yaitu Indonesia dijajah Jepang.
Masa penjajahan Jepang di Indonesia walaupun tidak begitu lama
akan tetapi mengakibatkan penderitaan lahir maupun batin. Rakyat
kekurangan pangan dan sandang serta mengalami penderitaan rokhaniah
(moral). Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua
prioritas yaitu:
1. Menghapuskan pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia.
2. Menggerakkan rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Adapun berbagai kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Sistem Pemerintahan
Setelah bangsa Indonesia lepas dari penderitaan penjajahan Belanda
selama kurang lebih tiga setengah abad, kini bangsa Indonesia memasuki
penderitaan baru yakni dalam cengkeraman penjajah Jepang. Berbeda dengan
Belanda, Jepang di Indonesia menegakkan pemerintahan militeryang
diperintah oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Pada mulanya
kedatangan Jepang disambut gembira oleh bangsa Indonesia karena berusaha
menarik simpati dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Mengumandangkan propaganda antara lain kedatangan Jepang
bertujuan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah Belanda karena
Jepang merupakan “Saudara Tua” bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia oleh
Jepang diajak bersamasama membentuk “Kemakmuran bersama di kawasan Asia
Timur Raya (Dai Toa)”.
b. Menggunakan bahasa Indonesia di samping bahasa Jepang sebagai bahasa resmi.
c. Mengikutsertakan orang-orang Indonesia dalam organisasi-organisasi resmi
pemerintah Jepang, misalnya dalam Gerakan 3A yang dipimpin oleh Mr.
Syamsuddin. Gerakan ini mempropagandakan peranan Jepang sebagai :
1. Cahaya Asia;
2. Pelindung Asia; dan
3. Pemimpin Asia.
Di samping itu juga mengangkat tokoh-tokoh nasional sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA).
d. Menarik simpati umat Islam dengan mengizinkan organisasi Majelis Islam A’la Indonesia tetap berdiri.
e.
Bendera Merah Putih boleh dikibarkan berdampingan dengan bendera Jepang
Hinomaru. Begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan di samping
lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.
f. Rakyat diwajibkan menyerahkan besi tua. Oleh Jepang besi tua ini dilebur dijadikan alat-alat perang.
g Semua harta peninggalan Belanda yang berupa perkebunan, pabrik maupun bank disita.
Akan tetapi, tindakan-tindakan Jepang sama dengan Belanda yakni menjajah
Indonesia. Jepang mulai menggantikan kedudukan-kedudukan Belanda di
Indonesia. Partai-partai politik dibubarkan, surat-surat kabar
dihentikan penerbitannya dan digantikan dengan koran Jepang-Indonesia.
Dalam bidang politik pemerintahan, oleh Jepang dibentuk 8 bagian pada
pemerintah pusat dan bertanggung jawab pengelolaan ekonomi pada Syu
(karesidenan). Pemerintahan daerah diaktifkan kembali untuk memperkuat
dukungan terhadap kebutuhan ekonomi perang. Pada masa pendudukan Jepang
terjadilah perubahan di bidang politik pemerintahan yakni adanya
perubahan yang mendasar dalam sistem hukum. Dengan diberlakukannya
pemerintahan militer sementara waktu dan jabatan Gubernur Jenderal
dihapuskan diganti oleh tentara Jepang di Jawa guna mencegah terjadinya
kekacauan. Mulai tanggal 5 Agustus 1942 berakhirlah pemerintahan yang
bersifat sementara dan berlakulah pemerintah pendudukan Jepang di
Indonesia. Dalam susunan pemerintah daerah di Jawa terdiri atas Syu
(Karesidenan yang dipimpin oleh Syucho, Si (Kotamadya) dipimpin oleh
Sicho, Ken (Kabupaten) dipimpin oleh Kencho, Gun (Kawedanan) dipimpin
oleh Guncho, Son (Kecamatan) dipimpin oleh Soncho, dan Ku
(Desa/Kelurahan) dipimpin oleh
Kuncho.
Pemerintah pendudukan Jepang ikut campur tangan terhadap pangreh praja,
yang sebenarnya mereka berkuasa langsung terhadap rakyat akan tetapi
selalu diawasi Jepang. Oleh karena itu rakyat Indonesia dimanfaatkan
untuk kepentingan Jepang. Akibat dari tindakan-tindakan Jepang tersebut
maka rakyat mengalami kesulitan ekonomi. Kekurangan bahan makanan
mengakibatkan rakyat kekurangan gizi dan kelaparan. Penderitaan dan
kemiskinan yang dialami rakyat Indonesia terjadi di mana-mana. Dalam hal
pakaian, rakyat terpaksa harus mengunakan pakaian yang terbuat dari
karung goni sehingga banyak berjangkit penyakit kulit. Pada masa
pendudukan Jepang terjadilah perubahan dalam bidang sosial ekonomi.
Bentuk penyerahan padi secara paksa sangat menyengsarakan rakyat.
Mengapa Jepang banyak membutuhkan bahan pangan dari Indonesia?
Akibat dari bentuk penyerahan wajib ini banyak terjadi kelaparan,
meningkatnya angka kematian, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat
serta keadaan sosial semakin memburuk. Angka kematian lebih tinggi dari
angka kelahiran. Di Kudus angka kematian mencapai 45,0 perseribu
(permil) dan di Purworejo mencapai 42,7 permil sedangkan di Wonosobo
mencapai 53,7 permil. Jadi pada jaman pendudukan Jepang keadaan petani
dan masyarakat pedesaan di Jawa khususnya dalam keadaan sangat
menderita. Selain memeras sumber daya alam, pemerintah pendudukan Jepang
juga memeras tenaga kerja manusia. Untuk menggerakan rakyat Indonesia
guna membantu maka diadakanlah Romusha. Romusha adalah tenaga kerja
paksa yang dikerahkan Jepang untuk membangun objek-objek vital, seperti
membangun lapangan terbang, perbentengan-perbentengan, jalan rahasia dan
terowongan menuju pusat pertahanan, kubu pertahanan, jalan kereta api
dan lain-lain. Untuk memperoleh tenaga kasar dalam romusha ini
dikumpulkanlah kaum pria di desa-desa tanpa diketahui di mana mereka
dipekerjakan. Banyak rakyat di Pulau Jawa dikirim ke luar Pulau Jawa
seperti ke Irian, Maluku, Sulawesi bahkan ke luar negeri sebagai
Romusha, misalnya ke Malaysia, Myanmar, dan Muang Thai.
2. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia memengaruhi di berbagai bidang
kehidupan, yakni di bidang politik, ekonomi, militer, sosial budaya.
a. Bidang Politik
Pada
masa pendudukan Jepang kegiatan politik dilarang keras dengan adanya
larangan berkumpul dan berserikat. Semua oraganisasi Pergerakan Nasional
yang didirikan rakyat dibubarkan kecuali terhadap golongan Islam
Nasionalis masih diberikan kelonggaran. Upaya Jepang dalam memperkuat
kedudukannya di Indonesia selain merubah sistem pemerintahannya, yakni
dengan sistem pemerintahan militer juga dengan mendekati kaum nasionalis
Islam, kaum nasionalis sekuler maupun golonmgan pemuda. Terhadap
golongan nasionalis Islam Jepang tetap mengijinkan berdirinya organisasi
MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang didirikan oleh K.H. Mas Mansur
dan kawan- kawan di Surabaya pada tahun 1937 pada jaman pemerintahan
Hindia Belanda. Organisasi ini diijinkan tetap berdiri dengan permintaan
agar umat Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat
politik. Jepang juga melakukan pendekatan terhadap kaum nasionalis
sekuler dengan melakukan kerja sama yakni membentuk Gerakan Tiga A. Nama
gerakan ini dijabarkan dari semboyan Jepang pada waktu itu :”Nippon
cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia”. Gerakan Tiga A
ini dipimpin oleh Mr. Samsuddin, seorang tokoh Parindra Jawa Barat.
Pemerintah pendudukan Jepang menganggap bahwa Gerakan Tiga A tidak
efektif sehingga pada bulan Desember 1942 dibubarkan. Golongan pemuda
juga mendapat perhatian pada zaman pendudukan Jepang. Sebab oleh Jepang,
golongan ini masih dianggap belum sempat dipengaruhi oleh alam pikiran
Barat.
b. Bidang Ekonomi
Pada
jaman pendudukan Jepang kehidupan ekonomi rakyat sangat menderita.
Lemahnya ekonomi rakyat berawal dari sistem bumi hangus Hindia Belanda
ketika mengalami kekalahan dari Jepang pada bulan Maret 1942. Sejak
itulah kehidupan ekonomi menjadi lumpuh dan keadaan ekonomi berubah dari
ekonomi rakyat menjadi ekonomi perang. Langkah pertama yang dilakukan
Jepang adalah merehabilitasi prasarana ekonomi seperti jembatan,
alat-alat transportasi dan komunikasi. Selanjutnya Jepang menyita
seluruh kekayaan musuh dan dijadikan hak milik Jepang, seperti
perkebunan-perkebunan, bankbank, pabrik-pabrik, perusahaanperusahaan,
telekomunikasi dan lainlain. Hal ini dilakukan karena pasukan Jepang
dalam melakukan serangan ke luar negaranya tidak membawa perbekalan
makanan Kebijakan ekonomi pemerintah pendudukan Jepang diprioritaskan
untuk kepentingan perang. Perkebunan kopi, teh dan tembakau yang
dianggap sebagai barang kenikmatan dan kurang bermanfaat bagi
kepentingan perang diganti dengan tanaman penghasil bahan makanan dana
tanaman jarak untuk pelumas.
Pola ekonomi perang yang dilancarakan oleh Tokyo dilaksanakan secara
konsekuen dalam wilayah yang diduduki oleh angkatan perangnya. Setiap
lingkungan daerah harus melaksanakan autarki (berdiri di atas kaki
sendiri), yang disesuaikan dengan situasi perang. Jawa dibagi atas 17
lingkungan autarki, Sumatra atas 3 lingkungan dan daerah Minseifu
(daerah yang diperintah Angkatan Laut Jepang) dibagi atas 3 lingkungan
autarki. Karena dengan sistem desentralisasi maka Jawa merupakan bagian
daripada “Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya” mempunyai dua
tugas, yakni:
1) memenuhi kebutuhan sendiri untuk tetap bertahan,
2) mengusahakan produksi barang- barang untuk kepentingan perang.
Seluruh
kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan Jepang untuk biaya perang. Bahan
makanan dihimpun dari rakyat untuk persediaan prajurit Jepang
seharihari, bahkan juga untuk keperluan perang jangka panjang. Beberapa
tindakan Jepang dalam memeras sumber daya alam dengan caracara berikut
ini.
1) Petani wajib menyetorkan hasil panen berupa padi dan jagung
untuk keperluan konsumsi militer Jepang. Hal ini mengakibatkan rakyat
menderita kelaparan.
2) Penebangan hutan secara besar-besaran untuk
keperluan industri alat-alat perang, misalnya kayu jati untuk membuat
tangkai senjata. Pemusnahan hutan ini mengakibatkan banjir dan erosi
yang sangat merugikan para petani. Di samping itu erosi dapat mengurangi
kesuburan tanah.
3) Perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya
dengan keperluan perang dimusnahkan, misalnya perkebunan tembakau di
Sumatera. Selanjutnya petani diwajibkan menanam pohon jarak karena biji
jarak dijadikan minyak pelumas mesin pesawat terbang. Akibatnya petani
kehilangan lahan pertanian dan kehilangan waktu mengerjakan sawah.
Sedangkan untuk perkebunan-perkebunan kina, tebu, dan karet tidak
dimusnahkan karena tanaman ini bermanfaat untuk kepentingan perang.
4)
Penyerahan ternak sapi, kerbau dan lain-lain bagi pemilik ternak.
Kemudian ternak dipotong secara besar-besaran untuk keperluan konsumsi
tentara Jepang. Hal ini mengakibatkan hewan-hewan berkurang padahal
diperlukan untuk pertanian, yakni untuk membajak. Dengan dua tugas
inilah maka serta kekayaan pulau Jawa menjadi korban dari sistem ekonomi
perang pemerintah pendudukan Jepang.
Cara
yang ditempuh untuk pengerahan tenaga Romusha ini dengan bujukan,
tetapi apabila tidak berhasil dengan cara paksa. Untuk menarik simpati
penduduk, Jepang mengatakan bahwa Romusha adalah pahlawan pekerja yang
dihormati atau prajurit ekonomi. Mereka digambarkan sebagai orang yang
sedang menunaikan tugas sucinya untuk memenangkan Perang Asia Timur
Raya. Sedangkan panitia pengerah Romusha disebut Romukyokai. Di samping
rakyat, bagi para pamong praja dan pegawai rendahan juga melakukan kerja
bakti sukarela yang disebut Kinrohoshi. Pemimpin-pemimpin Indonesia
membantu pemerintah Jepang dalam kegiatan Romusha ini. Bung Karno
memberi contoh berkinrohonsi (kerja bakti), Bung Hatta memimpin Badan
Pembantu Prajurit Pekerja atau Romusha. Ali Sastroamijoyo, S.H.
mempelopori pembaktian barang-barang perhiasan rakyat untuk membantu
biaya perang Jepang. Akibat dari Romusha ini jumlah pria di
kampung-kampung semakin menipis, banyak pekerjaan desa yang
terbengkelai, ribuan rakyat tidak kembali lagi ke kampungnya, karena
mati atau dibunuh oleh Jepang. Coba bandingkan dengan rodi pada jaman
penjajahan Belanda! Untuk mengawasi penduduk atas terlaksananya
gerakan-gerakan Jepang maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga)
sampai ke pelosok pelosok pedesaan. Dengan demikian sumber daya manusia
rakyat Indonesia khususnya di Jawa dimanfaatkan secara kejam untuk
kepentingan Jepang. Akibat dari tekanan politik, ekonomi, sosial maupun
kultural ini menjadikan mental bangsa Indonesia mengalami ketakutan dan
kecemasan.
c. Bidang Militer
Perang Asia Pasifik sudah meluas di Asia
Tenggara dan Asia Timur serta Pasifik. Untuk keperluan tersebut Jepang
memerlukan bantuan tenaga dari bangsa Indonesia. Untuk itu dibentuklah
organisasi-organisasi militer maupun semi militer berikut ini.
1) Seinendan (Barisan Pemuda)
Seinendan
merupakan organisasi semi militer yang dibentuk secara resmi tanggal 29
April 1943. Anggotanya terdiri atas pemuda usia 14-22 tahun. Mereka
dilatih militer untuk mempertahankan diri maupun penyerangan. Tujuan
pembentukan Seinendan yang sebenarnya adalah agar Jepang memperoleh
tenaga cadangan untuk memperkuat pasukannya dalam Perang Asia Pasifik.
2) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan
merupakan organisasi semi militer yang dibentuk pada tanggal 29 April
1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda usia 23 – 25 tahun. Tugas
Keibodan adalah sebagai pembantu polisi dalam yang bertugas antara lain
menjaga lalu lintas, pengamanan desa, sebagai mata-mata, dan lain-lain.
Jadi keibodan ini selain untuk memperkuat kewaspadaan dan disiplin
masyarakat juga untuk politik pecah belah. Keibodan mendapat pengawasan
ketat dari tentara Jepang karena untuk menghindari pengaruh dari kaum
nasionalis dalam badan ini. Di seluruh pelosok tanah air sudah dibentuk
Keibodan walaupun namanya berbeda, antara lain di Sumatera disebut
Bogodan sedangkan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokukudan.
3) Fujinkai (Barisan Wanita)
Fujinkai
dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang
berumur 15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat
pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan
ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
4) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho
merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945.
Anggotanya adalah para pemuda yang berusia 18 – 25 tahun. Heiho
merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan dimasukkan
sebagai bagian dari ketentaraan Jepang. Heiho dijadikan sebagai tenaga
kasar yang dibutuhkan dalam peperangan misalnya memindahkan senjata dan
peluru dari gudang ke atas truk, serta pemeliharaan senjata lain-lain.
Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah anggota Heiho mencapai
42.000 orang. Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk
menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia), Birma
(Myanmar), dan Kepulauan Salomon.
5) Syuisyintai (Barisan Pelopor)
Syuisyintai
diresmikan pada tanggal 25 September 1944. Syuisyintai ini dipimpin
oleh Ir. Soekarno yang dibantu oleh Oto Iskandardinata, R.P. Suroso, dan
Dr. Buntaran Martoatmojo. Barisan pelopor memiliki kekuatan satu
batalyon di tiap kota atau kabupaten, menyiapkan pemuda-pemuda dewasa
untuk gerakan perlawanan rakyat. Latihan-latihannya ditekankan pada
semangat kemiliteran.
6) Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Jawa
Hokokai diresmikan pada tanggal 1 Maret 1944. Jawa Hokokai merupakan
organisasi resmi pemerintah dan langsung di bawah pengawasan pejabat
Jepang. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Guneseikan (Kepala /
pemerintahan militer yang dijabat kepala staf tentara). Keanggotaan Jawa
Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun. Tugas Jawa
Hokokai adalah menggerakkan rakyat guna mengumpulkan pajak, upeti, dan
hasil pertanian rakyat.
7) PETA (Pembela Tanah Air)
PETA dibentuk
pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend.
Kumakici Harada (Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal
dengan Gyugun. Pembentukan PETA ini berbeda dengan organisasi lain
bentukan Jepang. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat
pendidikan militer Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah air
Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua. Di Jawa dibentuk 50
batalion PETA. Jabatan komando batalion dipegang oleh orang Indonesia
tetapi setiap komandan ada pelatih dan penasihat Jepang. Tokoh-tokoh
PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal
Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani. Pergerakan massa rakyat dalam
organisasi-organisasi di atas telah mendorong rakyat memiliki
keberanian, sikap mental untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap
kemerdekaan maupun sikap mental yang mengarah pada terbentuknya
nasionalisme.
d. Bidang Sosial Budaya
Pada jaman pendudukan Jepang media
massa diawasi dengan ketat. Surat kabar, radio, maupun majalah terbit
tanpa izin istimewa akan tetapi selalu diawasi oleh badan-badan sensor.
Walaupun demikian surat kabar dan radio ikut berfungsi menyebarluaskan
perkembangan bahasa Indonesia. Lenyapnya bahasa Belanda dari pergaulan
sehari- hari memberikan peluang bagi perkembangan bahasa Indonesia.
Larangan pemakaian bahasa Belanda di semua papan- papan iklan maupun
papan nama dan diganti dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.
Pertumbuhan bahasa Indonesia yang tak dapat dibendung mengakibatkan mau
tak mau Jepang mengabulkan keinginan bangsa Indonesia untuk mengangkat
bahasa melalui pelaksanaan Sumpah Pemuda tahun 1928.
F Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia Melalui MIAI, Gerakan Bawah Tanah, Perjuangan Bersenjata
Pada
masa pendudukan Jepang, para pemimpin perjuangan bangsa Indonesia
bersikap hati-hati. Hal ini dikarenakan pemerintah pendudukan Jepang
sangat kejam, menyiksa bahkan membunuh terhadap siapa saja yang
terang-terangan menentang Jepang. Semua organisasi kebangsaan yang telah
ada sejak penjajahan Belanda dibubarkan. Para pemimpin pergerakan
kebangsaan selalu dicurigai dan diawasi dengan ketat. Hal tersebut
disebabkan karena sebelum Jepang masuk ke Indonesia telah mengirimkan
mata-mata sehingga memiliki data yang lengkap keadaan politik di
Indonesia. Menghadapi keadaan yang serba sulit maka para pemimpin bangsa
Indonesia berjuang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Mereka
tidak kehilangan semangat perjuangan. Dengan taktik kooperasi para
pemimpin dapat membela nasib rakyat dan memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah Jepang untuk kepentingan nasional. Namun ada pula yang
mengadakan gerakan bawah tanah atau ilegal maupun dengan perlawanan
bersenjata. Semua itu adalah mempunyai cita-cita yang sama yakni
mewujudkan Indonesia merdeka. Adapun bentuk perlawanan terhadap Jepang
adalah sebagai berikut.
1. Perjuangan Melalui Organisasi Bikinan Jepang
a. Memanfaatkan Gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
Pada
zaman pendudukan Jepang semua partai politik dibubarkan. Untuk
mempropagandakan politik Hakko Ichiu, Jepang membentuk Gerakan 3A
(Gerakan Tiga A) yang dipimpin Mr. Syamsudin. Organisasi ini dibubarkan
karena tidak mendapat simpati rakyat dan kemudian dibentuklah PUTERA
(Pusat Tenaga Rakyat) pada tanggal 1 Maret 1943. Pemimpin PUTERA yang
dikenal dengan Empat Serangkai adalah Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar
Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.
Tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah agar kaum nasionalis dan
intelektual menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan
Jepang. Namun oleh para pemimpin Indonesia, PUTERA justru dimanfaatkan
untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta untuk menggembleng
mental dan semangat nasionalisme, cinta tanah air , anti kolonialisme
dan imperialisme. Dengan demikian PUTERA ini ibarat tombak bermata dua.
Organisasi PUTERA mendapat sambutan di kalangan rakyat dan melalui
organisasi ini mental bangsa Indonesia disiapkan untuk menuju bangsa
yang merdeka. Jepang memandang bahwa PUTERA lebih bermanfaat bagi bangsa
Indonesia maka pada bulan April 1944, PUTERA oleh Jepang dibubarkan.
b. Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai)
Setelah
PUTERA dibubarkan maka dibentuklah Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian
Rakyat Jawa). Salah satu bagian Jawa Hokokai adalah Syuisyintai (Barisan
Pelopor) yang dipimpin Ir. Soekarno dengan pemimpin Harian atau Kepala
Sekretariatnya adalah Sudiro. Beberapa tokoh nasionalis lainnya sebagai
anggota pengurus antara lain Chaerul Saleh, Asmara Hadi, Sukardjo
Wiryopranoto, Oto Iskandardinata dan lain-lain. Organisasi ini
dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme
dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.
c. Memanfaatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat)
Badan
ini dibentuk pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Jenderal Hideki
Tojo (Perdana Menteri Jepang). Ketuanya Ir. Soekarno, anggotanya
berjumlah 23 orang Jepang dan 20 orang Indonesia. Tugas badan ini adalah
memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa
tertinggi militer Jepang di Indonesia). Oleh para pemimpin Indonesia
melalui Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan.
Salah satu saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar
dibentuknya Barisan Pelopor untuk mempersatukan seluruh penduduk agar
secara bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan.
2. Perjuangan Melalui Organisasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI) merupakan perkumpulan dari organisasi-
organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di
Surabaya pada masa pemerintah Hindia Belanda. Pemrakarsa berdirinya
organisasi ini adalah K.H. Mas Mansur, K.H. Wahab Hasbullah,
Wondoamiseno, dan lain- lain. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia
organisasi ini tetap diperbolehkan berdiri. Hal ini merupakan pendekatan
Jepang terhadap golongan nasionalis Islam agar umat Islam tidak
melakukan kegiatan-kegiatan politik. Pada masa penyerbuan balatentara
Jepang ke Indonesia, organisasi MIAI melakukan kegiatan-kegiatan
terutama dalam bidang agama, meskipun pada tahun-tahun terakhir
menjelang jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang, perhatiannya ke
bidang politik cukup besar. Hal ini dapt dilihat dari programnya yang
berupaya mempersatukan organisasi-organisasi Islam untuk bekerja sama
serta memperkokoh persaudaraan umat Islam di Indonesia dan di luar
negeri. Untuk memperkuat kerja sama umat Islam tersebut maka MIAI
mengadakan kongres yang berlangsung sampai tiga kali. Kegiatan MIAI yang
sangat menonjol adalah membentuk baitul mal (Lembaga Perbendaharaan
Negara) pusat. Setelah penyerbuannya pada tahun 1942, Jepang merasa
membutuhkan hidupnya organisasi MIAI. Oleh karena itu Jepang masih
memberi hak hidup terhadap MIAI dalam melakukan kegiatannya. Walaupun
Jepang masih memberi hak hidup akan tetapi MIAI tidak dapat diharapkan
bahkan dianggap sebagai kendala terhadap keinginan Jepang. Hal ini
dikarenakan MIAI dibentuk atas inisiatif kaum muslimin dan perhatiannya
banyak tertuju pada masalah politik dan akan menolak segala bentuk
kolonisasi. Karena organisasi ini dianggap kurang memuaskan Jepang maka
pada bulan Oktober 1943 dibubarkan oleh Jepang diganti organisasi baru
yakni Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI) yang disahkan oleh
Gunseikan pada tanggal 22 November 1943.
3. Perjuangan Melalui Gerakan Bawah Tanah
Selain
melalui taktik kerja sama dengan Jepang, para pejuang melakukan
perjuangan secara rahasia (gerakan bawah tanah) atau ilegal. Beberapa
contoh perjuangan bawah tanah antara lain sebagai berikut
a. Gerakan Kelompok Sutan Syahrir
Kelompok ini merupakan
pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan menentang Jepang
karena merupakan negara fasis. Pengikut dari kelompok ini terutama para
pelajar dari kota Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan
lain-lain. Mereka berjuang dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan
strategi gerakan ”bawah tanah”.
b. Gerakan Kelompok Amir Syarifuddin
Menjelang
kedatangan Jepang di Indonesia, Amir Syarifuddin berhubungan erat dengan
P.J.A. Idenburg (pimpinan departemen pendidikan Hindia Belanda).
Melalui Dr. Charles Van der Plas, P.J.A. Idenburg membantu uang sebesar
25.000 gulden kepada Amir Syarifuddin guna mengorganisir gerakan bawah
tanah melawan Jepang. Oleh karena itu kelompok ini anti fasis dan
menolak kerja sama dengan Jepang. Karena sangat keras dalam mengkritik
Jepang maka Amir Syarifuddin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh
Jepang pada tahun 1944. Atas bantuan Ir. Soekarno, hukumannya diubah
menjadi hukuman seumur hidup akan tetapi setelah Jepang menyerah dan
Indonesia merdeka, ia terbebas dari hukuman.
c. Golongan Persatuan Mahasiswa
Golongan ini sebagian
besar berasal dari mahasiswa Ika Daigaku (Sekolah Kedokteran) di Jalan
Prapatan 10 dan yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan
Pelajar-Pelajar Indonesia (BAPERPI) di Cikini Raya 71. Di antara tokoh
BAPERPI yang terkenal adalah Supeno (Ketua), Burhanuddin Harahap, dan
Kusnandar. Sejumlah tokoh-tokoh mahasiswa/pelajar yang terkenal antara
lain Djohar Noer, Sayoko, Syarif Thayeb, Darwis, Eri Sadewo, Chairul
Saleh, Kusnandar, Subadio Sastrosatomo, Wahidin Nasution, dan
Tadjuludin. Kelompok Persatuan Mahasiswa ini anti Jepang dan sangat
dekat dengan jalan pikiran Sutan Syahrir.
d. Kelompok Sukarni
Kelompok ini sangat berperan di
sekitar proklamasi kemerdekaan. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam
kelompok Sukarni antara lain Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Chaerul
Saleh, dan Maruto Nitimihardjo
e. Kelompok Pemuda Menteng 31
Kelompok ini dibentuk
oleh sejumlah pemuda yang bekerja pada bagian propaganda Jepang
(Sendenbu). Tokoh-tokoh terkenal dari kelompok ini antara lain Sukarni,
Chaerul Saleh, A.M. Hanafi, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Maruto
Nitimihardjo, Khalid Rasjidi dan Djamhari. Kelompok ini bermarkas di
gedung Menteng 31 Jakarta. Secara resmi pendirian asrama ini dibiayai
Jepang dengan maksud menggembleng para pemuda untuk menjadi alat mereka.
Akan tetapi tempat ini oleh pemuda dimanfaatkan secara diam-diam untuk
menggerakkan semangat nasionalisme.
f . Golongan Kaigun
Kelompok
ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu
menggalang dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh-tokoh
Angkatan Laut Jepang yang simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Kelompok ini mendirikan asrama Indonesia Merdeka di jalan Bungur Besar
No. 56 Jakarta. Asrama ini didirikan atas inisiatif dan bantuan kepala
perwakilan Kaigun di Jakarta, Laksamana Muda Maeda pada bulan Oktober
1944. Dengan demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir
terbentuk. Sebagai pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad
Subardjo Djoyohadisuryo sebagai ketua dibantu tokoh-tokoh muda Wikana.
Di dalam asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-tokoh
nasionalis seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa
Kusuma Sumantri, Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan
Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja sama dengan kelompok bawah tanah
yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai Jepang. Walaupun
para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas dan menggunakan
strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka memiliki kesamaan
tujuan yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
Gerakan-gerakan di atas dalam mencapai tujuannya melakukan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut.
1) Menjalin komunikasi dan memelihara semangat nasionalisme.
2) Menyiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan.
3) Mempropagandakan kesiapan untuk merdeka.
4) Memantau perkembangan Perang Pasifik.
4. Perjuangan Melalui Perlawanan Bersenjata
Selain perjuangan secara sembunyi-sembunyi (ilegal), para
pemimpin berjuang secara terbuka dengan melakukan perlawanan bersenjata.
Perlawanan bersenjata itu dilakukan oleh rakyat maupun pasukan PETA.
a. Perlawanan Bersenjata yang Dilakukan Rakyat
Perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh rakyat diberbagai daerah, antara lain sebagai berikut.
1) Perlawanan Rakyat di Cot Pleing (10 November 1942)
Perlawanan
ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, seorang guru mengaji. Perlawanan
di Cot Pleing, Lhoseumawe, Aceh ini diawali dari serbuan Jepang terhadap
masjid di Cot Pleing. Masjid terbakar dan pasukan Tengku Abdul Jalil
banyak yang gugur. Akhirnya Tengku Abdul Jalil tewas ditembak oleh
Jepang.
2) Perlawanan Rakyat di Pontianak (16 Oktober 1943)
Perlawanan
ini dilakukan oleh suku Dayak di pedalaman serta kaum feodal di
hutan-hutan. Latar belakang perlawanan ini karena mereka menderita
akibat tindakan Jepang yang kejam. Tokoh perlawanan dari kaum ningrat
yakni Utin Patimah.
3) Perlawanan Rakyat di Sukamanah, Singaparna, Jawa Barat (25 Februari 1944)
Perlawanan
ini dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa, seorang pendiri pesantren
Sukamanah. Perlawanan ini lebih bersifat keagamaan. KH. Zainal Mustafa
tidak tahan lagi membiarkan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat,
serta pemaksaan terhadap agama yakni adanya upacara “Seikeirei”
(menyembah terhadap Tenno Heika Kaisar Jepang). KH. Zainal Mustafa
beserta 27 orang pengikutnya dihukum mati oleh Jepang tanggal 25 Oktober
1944.
4) Perlawanan Rakyat di Cidempet, Kecamatan Lohbener, Indramayu (30 Juli 1944)
Perlawanan
ini dipimpin oleh H. Madriyas, Darini, Surat, Tasiah dan H. Kartiwa.
Perlawanan ini disebabkan oleh cara pengambilan padi milik rakyat yang
dilakukan Jepang dengan kejam. Sehabis panen, padi langsung diangkut ke
balai desa. Perlawanan rakyat dapat dipadamkan secara kejam dan para
pemimpin perlawanan ditangkap oleh Jepang.
5) Perlawanan Rakyat di Irian Jaya
Perlawanan terjadi di beberapa daerah di Irian Jaya, antara lain sebagai berikut.
a) Perlawanan rakyat di Biak (1944)
Perlawanan ini dipimpin oleh
L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri” yang berpusat di Biak. Perlawanan
ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai
budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat
banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang
meninggalkan Pulau Biak.
b) Perlawanan rakyat di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan
ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi
bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod
dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat
tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.
c) Perlawanan rakyat di Tanah Besar, daratan Irian (Papua)
Perlawanan
ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Irian Jaya,
terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup
Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
b. Perlawanan Bersenjata yang Dilakukan PETA
Perlawanan bersenjata dilakukan oleh pasukan PETA di berbagai daerah, antara lain sebagai berikut.
1) Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)
Perlawanan
ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail.
Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha
maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas
perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat
penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang
yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA
di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan
tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang),
pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat
perwira
PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.
2) Perlawanan PETA di Meureudu, Aceh (November 1944)
Perlawanan
ini dipimpin oleh Perwira Gyugun T. Hamid. Latar belakang perlawanan
ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada
umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
3) Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)
Perlawanan
ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama
rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April
1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April
1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang
terdesak oleh Sekutu.